AturanAlih Fungsi Lahan Sawah ke Properti Diperketat. Kementerian Agraria, Tata Ruang, dan Badan Pertanahan Nasional (ATR-BPN) akan mengetatkan aturan pengalihan fungsi lahan sawah menjadi properti yang semakin marak terjadi. Finna U. Ulfah - April 2018 | 18:33 WIB. Kereta Api melintas di area persawahan. - Bloomberg/Dimas Ardian.
mengurangideficit air pada musim kemarau. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gomez dan Gomez (1983) dalam Purwono et al, (2003) menunjukkan bahwa pada lahan dengan kemiringan 5% dengan pola tanam campuran ketela pohon dan jagung akan dapat menurunkan run off dari 43% menjadi 33% dari curah hujan dibandingkan dengan jagung monokultur. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan besar kebutuhan
Untukmemajukan suatu bangsa tidaklah mudah dilakukan. Akan ada dampak positif dan negatif yang kemungkinan besar bisa terjadi di masa depan. Tetapi jika telah dirancang dengan melakukan perencanaan yang baik dan sesuai dengan prosedur maka setidaknya hal ini akan bisa mengurangi efek negatif dari membangun perumahan di lahan - lahan hutan.
Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Permasalahan mengenai permukiman di kota besar merupakan salah satu masalah yang terbilang cukup serius dan perlu mendapatkan perhatian lebih. Hal itu disebabkan karena semakin bertambahnya waktu, maka jumlah penduduk akan semakin meningkat karena adanya urbanisasi atau pun karena faktor lain. Kawasan perkotaan yang memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang terbilang pesat menyebabkan kebutuhan akan sarana dan prasarana makin bertambah. Seperti contohnya kebutuhan masyarakat tentang perumahan sebagai tempat tinggal. Perumahan hadir menjadi solusi mengenai masalah permukiman yang kian hari makin mengalami penyempitan. Perumahan dipilih oleh sebagian masyarakat untuk dijadikan tempat tinggal karena dinilai memiliki desain yang unik dan minimalis serta kemudahan dalam hal proses pembangunan perumahan memunculkan beberapa dampak yang tidak hanya dampak positif saja namun dampak negatif pula. Ada pihak yang diuntungkan karena pembangunan tersebut, namun ada pula pihak yang merasa dirugikan karena pembangunan dapat dikatakan bahwa masyarakat mendapat penghasilan dari adanya penjualan lahan tersebut, pembangunan yang dilaksanakan juga dapat merugikan masyarakat. Kerugian yang dialami masyarakat tidak hanya disebabkan oleh adanya pembebasan lahan dan penurunan pendapatan. Kerugian juga dapat timbul akibat pembangunan perumahan yang tidak sesuai dengan penataan suatu wilayah serta adanya kelonggaran penegakan hukum. Pihak pengembang sendiri cenderung lebih melakukan analisis mengenai masalah yang menjadi dampak terhadap lingkungan, namun masih kurang menganalisis dalam hal dampak sosial yang mencakup ekonomi, sosial, dan budaya. Dampak tersebut akan nampak seiring berjalannya waktu bagaimana kondisi yang ditimbulkan sebelum dan setelah adanya pembangunan perumahan. Perubahan dalam bidang sosial ekonomi tampaknya juga perlu dijadikan perhatian karena berhubungan dengan hubungan suatu individu dengan individu lain atau pun sebuah kelompok dengan kelompok lainnya. Pembangunan perumahan dinilai menjadi salah satu kegiatan yang berdampak besar mengenai perubahan suatu daerah tertentu. Apalagi jika lahan yang digunakan untuk membangun perumahan berasal dari alih lahan yang awalnya kosong dan menjadi daerah resapan air. Sehingga ketika dibangun perumahan akan memunculkan sebuah permasalahan. Permasalahan yang dimaksud disini adalah mengenai pembangunan perumahan yang menyebabkan banjir. Sebagai mahluk yang diberi kelebihan berupa akal, semestinya manusia dapat berpikir bagaimana tindakan yang tepat dalam memanfaatkan sumber daya air yang ada sehingga pemanfaatan air yang tersedia dapat bekerja secara maksimal. Selain berfungsi sebagai penunjang kehidupan, penataan lingkungan yang tidak tepat juga dapat menimbulkan hilangnya fungsi air dan akan mendatangkan bencana. Permasalahan air yang kerap kali terjadi akibat penataan lingkungan yang salah adalah kerap kali melanda daerah yang tidak memiliki daerah resapan air yang bagus, sehingga ketika hujan turun air tersebut tidak meresap kedalam tanah melainkan menjadi genangan dan mengalir di permukaan. Alih fungsi lahan merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir. Lahan yang semula ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman seperti rerumputan maupun pepohonan kini malah menjadi lahan permukiman. Padahal berbagai jenis tanaman tadi berguna untuk mempermudah air hujan untuk meresap kedalam tanah sehingga tidak sampai terjadi genangan di permukaan. Perubahan permukaan tanah yang semula hanya lahan kosong lalu berubah menjadi permukiman akan menyulitkan air hujan yang turun untuk meresap. Tak hanya diubah menjadi perumahan, namun lahan kosong juga dimanfaatkan sebagai kawasan lain seperti tempat dibangunnya tempat usaha atau pun fasilitas lainnya yang tentunya mengubah fungsi lahan yang mengubah lahan menjadi sebuah permukiman, namun juga diubah menjadi bentuk sarana prasarana sebagai konsumsi publik atau bentuk lainnya. Dari sinilah muncul dampak positif dan dampak negatif dari pembangunan tersebut. Dampak positif dapat berupa bertambahnya lapangan pekerjaan serta menambah fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sedangkan dampak negatif nya sendiri yaitu hilangnya sebagian harga tetap milik masyarakat berupa tanah atau lahan yang diakibatkan oleh kegiatan jual beli lahan yang dilakukan antara developer dan masyarakat. Dan tentunya akan menyebabkan kerusakan lingkungan jika pembangunan tersebut tidak dikelola dengan tepat dan kabupaten Jember sendiri, sudah mulai bermunculan pembangunan perumahan yang mengubah fungsi tanah, biasanya lahan yang awalnya berfungsi sebagai lahan pertanian atau perkebunan itulah yang akan diubah menjadi lahan perumahan. Hal itu disebabkan oleh tingginya kebutuhan tempat tinggal, maka mau tidak mau lahan tersebut diubah menjadi lahan perumahan yang secara langsung akan merubah kondisi bentuk tanah. Perubahan yang terjadi diatas akan memunculkan suatu permasalahan bagi lingkungan, khususnya permasalahan dibidang air. Perubahan kondisi pada tanah yang semula hanya lahan kosong namun sekarang berubah fungsi menjadi perumahan akan menyebabkan air hujan yang turun akan sulit menyerap kedalam tanah dan menimbulkan aliran di permukaan tanah. Aliran pada permukaan tanah jika memiliki volume yang tinggi maka akan menyebabkan suatu permasalahan yang biasa kita sebut dengan banjir. Serta pengembangan perumahan yang tidak disesuaikan dengan kondisi fisik wilayah tersebut masih banyak terjadi. Kondisi fisik yang dimaksud adalah kondisi topografi, tanah, dan hidrologi suatu wilayah. Seiring berjalannya pembangunan permukiman perumahan, daya serap tanah akan berpengaruh pada bagaimana kondisi ketika hujan turun. Apakah air hujan akan menjadi aliran di permukaan yang kemudian masuk ke saluran saluran. Jika air hujan memiliki volume yang terlalu tinggi maka saluran yang disediakan tidak dapat menampung dan terjadilah banjir. Sebenarnya kondisi ini tidak akan terjadi jika saluran drainase pada perumahan memadai sehingga air yang tidak dapat meresap kedalam tanah akan mengalir lewat menyusun pembuatan drainase tentunya diperlukan beberapa data data. Seperti data hidrologi yang digunakan untuk melihat data curah hujan dari tahun ke tahun. Sehingga dapat memperkirakan debit banjir yang akan timbul ketika musim hujan untuk menentukan dimensi saluran. Kita juga memerlukan data topografi yang berupa peta yang menunjukkan hasil pengukuran langsung dari lapangan atau pun berasal dari sumber lain. Informasi yang dapat kita peroleh dari data topografi ini sendiri adalah keadaan fisik baik yang secara alami atau pun berasal dari buatan manusia serta bagaimana suatu kontur permukaan lahan. Serta dibutuhkan beberapa penunjang berupa sistem jaringan yang ada, seperti kebutuhan irigasi, air minum, listrik yang dibutuhkan masyarakat, dan lain dilihat dari berbagai permasalahan yang muncul diatas, maka perlu adanya pembahasan lebih lanjut mengenai pembangunan perumahan dan bagaimana solusi yang akan diambil untuk mengatasi permasalahan banjir yang kerap kali terjadi di perumahan. Karena sangat disayangkan sekali jika perumahan yang berfungsi sebagai tempat tinggal masyarakat malah menimbulkan permasalahan yang berdampak pada masyarakat itu sendiri. Entah bagaimana tindakan yang dapat dilakukan oleh masyarakat selaku penghuni Kawasan itu sendiri, atau pun dari pihak pengembang sendiri mungkin dapat membenahi dari segi pembangunan jika akan dilakukan pengembangan di masa yang akan datang. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Limpahan air hujan yang tidak terkendali membuat masalah banjir. Usaha dalam menerapkan teknik drainase menjadi pilihan dalam rangka menghadapi global warming yaitu sistem drainase air hujan berwawasan lingkungan. Sistem ini menurut [Sunjoto, 2007] terdiri dari tiga kelompok yaitu Sumur Peresapan Air Hujan Recharge Well, Parit Resapan Air Hujan Recharge Trench dan Taman Resapan Air Recharge Yard dan yang terakhir ini juga disebut Taman Bertanggul [Sujono, 2005].Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan metode yaitu metode purposive sampling untuk pengukuran permeabilitas yang mempertimbangkan pengambilan sampel pada lahan yang belum diberi perkerasan seperti lahan kosong maupun pekarangan rumah sedangkan untuk pengukuran kedalaman muka air tanah dengan mengukur kedalaman permukaan air sumur eksisting dan dengan cara menggali rencana sumur resapan yang akan dipakai dalam komplek perumahan. Berdasarkan pendekatan perhitungan metode SNI 03-2453-2002 kebutuhan sumur resapan untuk menampung limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan terbuka oleh rumah dan carport sebanyak 20 unit. Sedangkan sebagai pengganti lahan yang tertutup oleh paving block, dibuat 8 unit. Dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m atau 3 buah buis beton untuk setiap sumur resapan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free i LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN AIR HUJAN DALAM PERUMAHAN SEBAGAI UPAYA KONSERVASI AIR TANAH Upaya Mempertahankan Air Tanah Akibat Dampak Pembangunan Perumahan Puri Klaseman Klaten Oleh Ir. Darupratomo, NIDN 0525126701 Muchammad Suranto, NIDN 0627116601 Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun Dibiayai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti sesuai dengan Kontrak Penelitian tahun anggran 2018 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN Desember 2018 Kode/Nama Rumpun Ilmu 421 Teknik Sipil Bidang Fokus Bidang IX, Teknologi Manajemen Penanggulangan Kebencanaan ii HALAMAN PENGESAHAN Judul Pengelolaan Dan Pengendalian Air Hujan Dalam Perumahan Sebagai Upaya Konservasi Air Tanah Upaya Mempertahankan Air Tanah Akibat Dampak Pembangunan Perumahan Puri Klaseman Klaten Peneliti/Pelaksana Nama Lengkap Ir. DARUPRATOMO, NIDN 0525126701 Jabatan Fungsional Asisten Ahli Program Studi Teknik Sipil Nomor HP 0815 6880 720 Alamat surel email daru_pratomo daru Anggota 1 Nama Lengkap MOCH. SURANTO, NIDN 0627116601 Perguruan inggi Universitas Widya Dharma Institusi Mitra jika ada Nama Institusi Mitra tidak ada Alamat tidak ada Penanggung Jawab tidak ada Tahun Pelaksanaan Tahunke 1 satu dari rencana 1 satu tahun Biaya Tahun Berjalan Biaya Keseluruhan Klaten, 03 Desember 2018 Mengetahui, Ketua LPPM Arief Julianto Sri N., NIP/NIK. 690 301 250 Ketua, Ir. Darupratomo, NIP/NIK. 690 304 279 iii RINGKASAN Pemakaian air tanah harus mempertimbangkan faktor kelestarian air tanah, yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas air. Salah satu cara mempertahankan kuantitas air tanah adalah dengan menerapkan sumur air hujan yang begitu banyak dantidak terkendali membuat masalah banjir. Air hujan yang berlebih apabila dikelola dengan baik dengan cara ditampung, diolah, dan dimanfaatkan kembali atau disimpan sebagai air cadangan sehingga ketika musim kemarau datang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air hujan yang dulu dengan mudah meresap kedalam tanah pada saat hujan saat ini sebagian lahan telah tertutup bangunan hingga terjadi limpasan permukaan surface runoff meningkat. Usaha maksimal dalam menerapkan teknik drainase yang saat ini sedang menjadi pilihan dalam rangka menghadapi global warming yaitu sistem drainase air hujan berwawasan lingkungan. Sistem ini menurut [Sunjoto, 2007] terdiri dari tiga kelompok yaitu Sumur Peresapan Air Hujan Recharge Well, Parit Resapan Air Hujan Recharge Trench dan Taman Resapan Air Recharge Yard dan yang terakhir ini juga disebut Taman Bertanggul [Sujono, 2005]. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan metode yaitu metode purposive sampling untuk pengukuran permeabilitas yang mempertimbangkan pengambilan sampel pada lahan yang belum diberi perkerasan seperti lahan kosong maupun pekarangan rumah sedangkan untuk pengukuran kedalaman muka air tanah dengan mengukur kedalaman permukaan air sumur eksisting dan dengan cara menggalai rencana sumur resapan yang akan dipakai dalam komplek perumahan. Langkahlangkah pererncanaan sumur resapan mengikuti ketentuan dari SNI 0324532002 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan. Berdasarkan pendekatan perhitungan metode SNI 0324532002 Tata caraperencanaansumurresapan air hujanuntuklahanpekaranganrumus menghitung volume air limpasan permukaan pada bidang rumah dan carport, koefisien limpasan permukaan runoff coefficient dengan C= tinggi curah hujan untuk wilayah Jawa dengan R=50 mm/hari. Volume yang bisa ditampung oleh sumur resapan Vab=23,62 m3. Volume air hujan yang meresap ke dalam tanah Vrsp=0,34 m3. Volume penampung storasi air hujan Vstorasi=23,27 m3. Dengan demikian kebutuhan sumur resapan untuk menampung limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan terbuka oleh rumah dan carport sebanyak 19,77 buah sumur resapan, dalam praktek dibuat 20 unitSedangkan sebagai pengganti lahan yang tertutup oleh paving block, volume yang bisa ditampung oleh sumur resapan Vab=9,27 m3. Volume air hujan yang meresap ke dalam tanah Vrsp=0,34 m3. Volume penampung storasi air hujan Vstorasi=8,92 m3. Dengan demikian kebutuhan sumur resapan untuk menampung limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan terbuka oleh paving block sebanyak 7,58 buah sumur resapan, dalam praktek dibuat 8 unit. Dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m atau 3 buah buis beton untuk setiap sumur resapan. Kata kunci limpasan permukaan, resapan air, tampungan air iv PRAKATA Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga Laporan Kemajuan Penelitian Dosen Pemula hibah Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Ditjen Dikti Kementrian Ristek Dikti dengan judul PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN AIR HUJAN DALAM PERUMAHAN SEBAGAI UPAYA KONSERVASI AIR TANAH Upaya Mempertahankan Air Tanah Akibat Dampak Pembangunan Perumahan Puri Klaseman Klaten telah mengalami kemajuan. Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian ini, peneliti mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu diucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada 1. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas kesediaannya untuk membiayai penelitian ini. 2. Prof. Dr. Triyono, selaku Rektor Universitas Widya Dharma Klaten. 3. Bapak Arif Julianto Sri Nugroho, selaku Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Widya Dharma Klaten. 4. Bapak Harri Purnomo, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Widya Dharma Klaten. 5. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penelitian dan penyusunan laporan kemajuan penelitian ini. Penelitian ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, atas kritik membangun demi tercapainya kesempurnaan isi, peneliti harapkan masukannya dan diucapkan terima kasih. Akhir kata peneliti berharap semoga laporan kemajuan penilitian ini dapat memberikan tambahan cakrawala ilmu yang bermanfaat bagi pembaca dan peniliti sendiri serta sebagai dharma bakti kepada Universitas Widya Dharma Klaten. Klaten, Desember 2018 Ketua Peneliti v DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii RINGKASAN................................................................................................... iii PRAKATA........................................................................................................ iv DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ...................................... 9 BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 10 BAB V HASIL YANG DICAPAI................................................................... 13 BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ......................................... 21 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 21 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 23 LAMPIRAN ..................................................................................................... viii vi DAFTAR TABEL Tabel 1. Jarak minimum sumur resapan air hujan terhadap bangunan vii DAFTAR GAMBAR Gambar Denah Site Plan Klaster Puri Klaseman Klaten Gambar Kondisi Eksisting Lahan Puri Klaeman Klaten Gambar Pembuatan Sumur Resapan Klaster Puri Klaseman Klaten Gambar Pembangunan Perumahan Klaster Puri Klaseman Klaten 1 BAB I PENDAHULUAN Upaya memelihara keberadaan serta berkelanjutan keadaan, sifat, dan fungsi air tanah agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang disebut konservasi air tanah. Pemakaian air tanah harus mempertimbangkan faktor kelestarian air tanah, yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas air. Salah satu cara mempertahankan kuantitas air tanah adalah dengan menerapkan sumur resapan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan dapat menambah jumlah air tanah dan mengurangi jumlah limpasan. Limpahan air hujan yang begitu banyak dan tidak terkendali membuat masalah banjir. Air hujan yang berlebih apabila dikelola dengan baik dengan cara ditampung, diolah, dan dimanfaatkan kembali atau disimpan sebagai air cadangan sehingga ketika musim kemarau datang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih. Air hujan masuk kedalam tanah secara alami terjadi pada daerahdaerah yang porous misalnya sawah, tanah lapangan, permukaan tanah yang terbuka, hutan, halaman rumah yang tidak tertutup dan lainlain. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah pada awalnya akan membasahi tanah, bangunan, tumbuhtumbuhan dan batuan. Ketika air hujan tersebut jatuh pada daerah yang berpori maka akan meresap kedalam tanah sebagai air infiltrasi, air tersebut semakin lama akan meresap lebih dalam lagi sampai memasuki daerah akuifer dan akhirnya menjadi air tanah. Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah tersebut tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah yang sangat penting. Dengan berubahnya fungsi lahan yang semula terbuka menjadi bangunan rumah dan sarana jalan sebagai akibatnya kemampuan lahan untuk meresapkan air hujan semakin berkurang yang dengan pasti akan menimbulkan peningkatan aliran permukaan atau surface runoff yang akibatnya menimbulkan berbagai genangan bahkan banjir di kala hujan terjadi. Air hujan yang dulu dengan mudah meresap kedalam tanah pada saat hujan saat ini sebagian lahan telah tertutup bangunan hingga terjadi limpasan permukaan surface runoff meningkat. Di sisi lain meningkatnya jumlah sarana prasarana ini telah menyebabkan berbagai dampak antara lain problema air tanah, problema polusi air dan problema banjir. 2 Proses pembangunan yang selalu terjadi dimanapun wilayah yang layak dihuni manusia senantiasa akan terjadi dan berkembang. Penelitian ini membatasi cakupan wilayah sempit di lokasi Klaster Perumahan Klaseman sebagai model penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Fungsi lahan berubah yang semula terbuka menjadi bangunan rumah dan sarana jalan sebagai akibatnya kemampuan lahan untuk meresapkan air hujan semakin berkurang yang dengan pasti akan menimbulkan peningkatan aliran permukaan atau surface runoff yang akibatnya menimbulkan berbagai genangan bahkan banjir di kala hujan terjadi. Air hujan yang dulu dengan mudah meresap kedalam tanah pada saat hujan saat ini sebagian lahan telah tertutup bangunan hingga terjadi limpasan permukaan surface runoff meningkat. Di sisi lain menurut meningkatnya jumlah sarana prasarana ini telah menyebabkan berbagai dampak antara lain problema air tanah, problema polusi air dan problema banjir. Usaha maksimal dalam menerapkan teknik drainase yang saat ini sedang menjadi pilihan dalam rangka menghadapi global warming yaitu sistem drainase air hujan berwawasan lingkungan. Sistem ini menurut [Sunjoto, 2007] terdiri dari tiga kelompok yaitu Sumur Peresapan Air Hujan Recharge Well, Parit Resapan Air Hujan Recharge Trench dan Taman Resapan Air Recharge Yard dan yang terakhir ini juga disebut Taman Bertanggul [Sujono, 2005]. Banjir genangan air hujan dan menurunnya permukaan airtanah groundwater terjadi di berbagai kawasan perumahan. Hal tersebut menjadi rutinitas yang terjadi setiap tahun pada musim hujan dan musim kemarau, yang menyebabkan kerugian material yang sangat besar dan berdampak menurunnya harga perumahan secara dratis. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan sumur resapan air hujan atau pembangunan pompa pengendali banjir. Salah satu faktor yang menyebabkan banjir dan menurunnya permukaan airtanah di kawasan perumahan adalah proses alih fungsi lahan. Proses alih fungsi lahan dari lahan pertanian atau hutan menjadi perumahan dapat menimbulkan dampak negatif, apabila tidak diikuti oleh upayaupaya menyeimbangkan kembali fungsi lingkungan. Di sisi lain dipicu oleh pengembangan fisik bangunan rumah yang terlalu pesat ke arah horisontal yang 3 menyebabkan tidak adanya lagi area terbuka sebagai resapan air, sehingga air yang meresap ke dalam tanah menjadi terbatas dan memperbesar volume aliran permukaan. Salah satu solusi untuk mengatasi banjir dan menurunnnya permukaan airtanah pada kawasan perumahan adalah dengan cara pencegahan sedini mungkin melalui perencanaan dari awal oleh pihak pengembang perumahan kontraktor/developer dengan mengalokasikan lahan untuk pembuatan konstruksi sumur resapan air hujan atau pompa pengendali banjir. Sistem drainase suatu kawasan perumahan biasanya direncanakan sesuai dengan jumlah volume air permukaan yang berasal dari rumahrumah perblok dengan kondisi rumah yang standar rumah belum dikembangkan.Kondisi ini yang membuat dimensi saluran drainase tidak dapat menampung lagi volume air permukaan sejalan dengan pengembangan rumahrumah, yang berakibat terjadinya genangangenangan air bahkan banjir pada kawasan tersebut dan sekitarnya. Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan diatas atap rumah dan meresapkannya ke dalam tanah. Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur resapan air antara lain 1 mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi, 2 mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah, 3 mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai, 4 mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, dan 5 mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah. Sumur resapan air ini berfungsi untuk menambah atau meninggikan air tanah, mengurangi genangan air banjir, mencegah intrusi air laut, mengurangi gejala amblesan tanah setempat dan melestarikan serta menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka karena itu pembuatan sumur resapan perlu digalakkan terutama pada setiap pembangunan rumah tinggal. Adanya sumur resapan dapat mengurangi volume air limpasan permukaan. Air hujan yang jatuh di atas permukaan atap bangunan rumah dialirkan melalui 4 talang terus ditampung ke dalam sumur resapan. Dengan demikian, air hujan tidak mengalir ke manamana dan mengurangi air limpasan permukaan. Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model individual dan komunal. Sumur resapan model individual adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu rumah, sedangkan yang satu sumur resapan komunal digunakan secara bersamasama untuk lebih dari satu rumah. Air hujan yang jatuh ke halaman rumah harus dapat diserap oleh lahan halaman rumah itu sendiri dan tidak melimpas ke luar halaman rumah. Halaman rumah secara alamiah dapat menyerap curahan air hujan, termasuk dari air hujan dari cucuran atap rumah, yang mengalir melalui talang. Dalam hal ini sumur resapan dapat ikut mengurangi sumbangan banjir dengan mengurangi volume runoff air hujan. Masuknya air hujan melalui peresapan infiltrasi inilah yang menjaga cadangan air tanah agar tetap dapat dipanen dengan mudah. Permukaan airtanah memang berubahubah, tergantung dari pasokan air dan eksploitasinya. Dengan memasukkan ke dalam sumur resapan, air hujan yang jatuh di areal perumahan tidak terbuang percuma ke selokan terus mengalir ke sungai. Banjir dan menurunnya permukaan air tanah yang melanda beberapa kawasan perumahan telah berlangsung cukup lama dan bahkan telah dianggap sebagai rutinitas yang terjadi setiap yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membangun sumur resapan air pada setiap rumah dalam suatu kawasan perumahan atau membangun pompa pengendali banjir. Sumur Resapan Air Hujan Recharge Well merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan pertimbangan a pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar, b tidak memerlukan lahan yang luas, dan c bentuk konstruksi SRA sederhana. Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur resapan air antara lain 1 mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga memperkecil 5 kemungkinan terjadinya banjir dan erosi, 2 mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah, 3 mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai, 4 mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, dan 5 mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah. Dalam lingkungan perumahan tidak bisa dipungkiri dan dipastikan terjadi limpasan air permukaan surface runoff akibat tertutupnya areal tanah dengan bangunan rumah, perkerasan halaman [carport], sarana jalan [paving block disarankan masih terjadi resapan air tanah]. Dari limpasan air permukaan dikumpulkan dalam saluran drainase agar arah aliran air tidak liar. Untuk mengambil kesempatan dalam mengelola air limpasan yang terkumpul dalam saluran makan dibuatlah saluran yang bisa memberikan kesempatan air bisa meresap ke dalam tanah dengan tidak memberikan dasar saluran dengan pasangan. Sehingga masih memberikan kesempatan kepada air untuk bisa meresap ke dalam tanah semaksimal mungkin. Disamping cara tersebut juga memberikan sumur resapan pada jalur saluran drainase Recharge Trench tersebut pada titiktitik tertentu sesuai dengan perhitungan kebutuhan unit sumur resapan sebagai konversi pengganti luasan areal yang tertutup akibat pembangunan rumah dan fasilitas lainnya [carport, jalan paving]. Sumur resapan air hujan adalah prasarana untuk menampung dan meresapkan air hujan ke dalam tanah. Sedangkan Lahan pekarangan adalah lahan atau halaman yang dapat difungsikan untuk menempatkan sumur resapan air hujan. Persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut ; 1 Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relative datar; 2 Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan yang tidak tercemar; 3 Penempatan sumur resapan air hujan harus mempertimbangkan keamanan bangunan sekitarnya; 4 Harus memperhatikan peraturan daerah setempat; 5 Halhal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui Instansi yang berwenang. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut ; 6 1 Kedalaman air tanah Kedalaman air tanah minimum 1,50 m pada musim hujan, 2 Permeabilitas tanah Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai permeabilitas tanah ≥ 2,0 cm/jam, dengan klasifikasi sebagai berikut; a permeabilitas tanah sedang geluh kelaunan 2,0 – 3,6 cm/jam atau 0,48 – 0,864 m3/m2/hari b permeabilitas tanah agak cepat pasir halus 3,6 – 36 cm/jam atau 0,864 – 8,64 m3/m2/hari; c permeabilitas tanah cepat pasir kasar, lebih besar 36 cm/jam atau 8,64 m3/m2/hari 3 Jarak terhadap bangunan Jarak penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jarak minimum sumur resapan air hujan terhadap bangunan No. Jenis Bangunan Jarak minimum dari sumur resapan air hujan m 1. Sumur resapan air hujan/ sumur air bersih 3 2. Pondasi bangunan 1 3. Bidang resapan /sumur resapan tangki septik 5 Catatan Jarak diukur dari tepi ke tepi Perhitungan sumur resapan air hujan terbagi atas 1 Volume andil banjir dapat digunakan rumus sebagai berikut Vab = 0,855. Ctadah.. Atadah. R ...................................... 1 Dimana Vab = Volume andil banjir yang akan ditampung sumur resapan m3 Ctadah = koefisien limpasan dari bidang tadah tanpa satuan Atadah = Lias bidang tadah m2 R = Tinggi hujan harian ratarata L/m2/hari 7 2 Volume air hujan yang meresap digunakan rumus sebagai berikut = . .………………………………… 2 Dimana Vrsp = volume air hujan yang meresap m3 te = durasi hujan efektif jam te = 0,9. R0,92 /60 jam R = tinggi hujan harian ratarata L/m2/hari Atotal = luas dinding sumur + luas alas sumur m2 K = koefisien permeabilitas tanah m/hari untik dinding sumur yang kedap, nilai Kv = Kh, untuk dinding tidak kedap diambil nilai Kratarata Kratarata= ………………………3 Dimana; Kratarata = koefisien permeabilitas tanah ratarata m/hari Kv = koefisien permeabilitas tanah pada dinding sumur m/hari = 2 Kh Kh = Koefisien permeabilitas tanah pada alas sumur m/hari Ah = luas alas sumur dengan penampang lingkaran = ¼ π. D2. m2 = luas alas sumur dengan penampang segi empat = P. L. m2 Av = luas dinding sumur dengan penampang lingkaran = π. D. H m2 = luas dinding sumur dengan penampang segi empat = 2. P. L m2 3 Volume penampung storasi air hujan digunakan rumus sebagai berikut Vsstorasi = Vab – Vrsp ............................... 4 Penentuan jumlah sumur resapan air hujan, terlebih dahulu menghitung Htotal sebagai berikut 8 Htotal = .. 5 n = ................................... 6 dimana n = jumlah sumur resapan air hujan buah Htotal = kedalaman total sumur resapan air hujan m Hrencana = kedalaman yang di rencanakan < kedalaman air tanah m Penelitian yang pernah dilakukan Eka Ayu Indramaya dan Ig. L. Setyawan Purnama 2013 melakukan penelitian Rancangan Sumur Resapan air hujan sebagai salah satu usaha konservasi air tanah di perumahan Dayu Baru Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan Nopandi Valentinus Parhusip dan Ivan Indrawan 2014 Penerapan Sumur Resapan pada Perencanaan Drainase Wilayah di Kecamatan Tarutung Studi Kasus Kawasan Permukiman Kelurahan Hutatoruan VII. Penelitian Pembuatan Sumur Resapan Dalam Perumahan Sebagai Model Konservasi Air Tanah Upaya Mempertahankan Air Tanah Akibat Dampak Pembangunan bisa digunakan sebagai model pembuatan sumur resapan di wilayah Kabupaten Klaten sebagai syarat pembuatan sumur resapan saat dilakukan pembangunan yang menutup lahan terbuka dengan konversi luasan yang dibangun. BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian Penelitian ini akan membahas dan mengetahui bagaimana mendapatkan pola konversi lahan tertutup yang digunakan untuk pembangunan digantikan oleh adanya sumur resapan sebagai upaya konservasi air tanah agar mengacu kepada konsep pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini menghasilkan solusi pengganti ruang terbuka yang digunakan untuk bangunan dengan sejumlah sumur resapan sebagai penggantinya. 9 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bisa diimplentasikan dalam skala yang lebih besar dan luas untuk cakupannya sehingga dapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengontrol dan mengendalikan kelestarian air tanah yang lebih luas lagi. Cakupan yang lebih besar yakni Wilayah Kabupaten Klaten yang semakin hari terjadi rawan banjir di beberapa tempat, sehingga bisa menjadikan referensi untuk mengambil keputusan terhadap penanggulangan banjir secara dini. BAB IV METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode survei sedangkan untuk analisis menggunakan analisis kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan dua metode yaitu metode purposive sampling untuk pengukuran permeabilitas yang mempertimbangkan pengambilan sampel pada lahan yang belum diberi perkerasan seperti lahan kosong maupun pekarangan rumah sedangkan untuk pengukuran kedalaman muka air tanah dengan mengukur kedalaman permukaan air sumur eksisting dan dengan cara menggali rencana sumur resapan yang akan dipakai dalam komplek perumahan. Langkahlangkah pererncanaan sumur resapan mengikuti ketentuan dari SNI 0324532002 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan. Beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan desain sumur resapan antara lain a. Mengetahui Kedalaman Muka Air Tanah Kedalaman muka air tanah diketahui dari mengukur permukaan air sumur eksisting dan menggali rencana sumur resapan dan mengukur kedalaman permukaan air tanahnya. b. Mengetahui Nilai Permeabilitas Tanah Dalam Penelitian ini Nilai Permeabilitas Tanah dengan menggunakan persyaratan teknis struktur tanah yang mempunyai permeabilitas sedang geluh kelaunan 2,0 – 3,6 cm/jam atau 0,48 – 0,864 m3/m2/hari berdasarkan dari hasil klasifikasi tanah galian untuk sumur resapan. Perhitungan dan penentuan jumlah sumur resapan air hujan 1. Perhitungan sumur resapan air hujan Perhitungan sumur resapan air hujan terbagi atas 10 1 Volume andil banjir dapat digunakan rumus sebagai berikut Vab = 0,855. Ctadah.. Atadah. R Dimana Vab = Volume andil banjir yang akan ditampung sumur resapan m3 Ctadah = koefisien limpasan dari bidang tadah tanpa satuan Atadah = Luas bidang tadah m2 R = Tinggi hujan harian ratarata L/m2/hari 2 Volume air hujan yang meresap digunakan rumus sebagai berikut = . . Dimana Vrsp = volume air hujan yang meresap m3 te = durasi hujan efektif jam te = 0,9. R0,92 /60 jam R = tinggi hujan harian ratarata L/m2/hari Atotal = luas dinding sumur + luas alas sumur m2 K = koefisien permeabilitas tanah m/hari untuk dinding sumur yang kedap, nilai Kv = Kh, untuk dinding tidak kedap diambil nilai Kratarata Kratarata= Dimana Kratarata = koefisien permeabilitas tanah ratarata m/hari Kv = koefisien permeabilitas tanah pada dinding sumur m/hari = 2 Kh Kh = Koefisien Permeabilitas Tanah Pada Alas Sumur m/hari Ah = luas alas sumur dengan penampang lingkaran = ¼ π. D2. m2 = luas alas sumur dengan penampang segi empat = P. L. m2 Av = luas dinding sumur dengan penampang lingkaran = m2 = luas dinding sumur dengan penampang segiempat = m2 3 Volume penampung storasi air hujan digunakan rumus sebagai berikut Vsstorasi = Vab – Vrsp 2 Penentuan Jumlah Sumur Resapan Penentuan jumlah sumur resapan air hujan, terlebih dahulu menghitung Htotal sebagai berikut Htotal = n = 11 Dimana n = jumlah sumur resapan air hujan buah Htotal = kedalaman total sumur resapan air hujan m Hrencana = kedalaman yang di rencanakan < kedalaman air tanah m Langkah-langkah Penelitian Langkahlangkah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sumur resapan air hujan adalah sebagai berikut Mulai ≥ 1,5 m Kedalaman air 3 m SRAH 1 m PB ≥ 0,48 Permeabilitas Kemiringan tanah Persyaratan tidak Kriteria perencanaan R. Catap. Atadah.. Hrencana. Diameter Perhitungan dan penentuan Stop System penampungan air hujan terpusat Waduk, dan lainlain tidak tidak Ya Keterangan SRAH = Sumur Resapan Air Hujan PB = Pondasi Bangunan SRTS = Sumur Resapan Tangki Septik 12 BAB V HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI Luasan area Klaster Perumahan Puri Klaseman Klaten lebih kurang m2 dengan luas bangunan rumah dan lahan kaveling tertutup carport sebesar 650 m2 sedangkan untuk perkerasan jalanpaving block 255 m2, sisanya 595 m2 berupa open space dan taman lingkungan. Berdasarkan pendekatan perhitungan metode SNI 0324532002 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan rumus menghitung volume air limpasan permukaan pada bidang rumah dan carport, koefisien limpasan permukaan runoff coefficient dengan C= tinggi curah hujan untuk wilayah Jawa dengan R=50 mm/hari. Analisa perhitungan Sumur resapan Dengan menggunakan Rumus Perhitungan Sumur Resapan pada Bidang Rumah sebagai berikut Ctadah = 0,85Atadah = 650mR = 50mm/hari Vab =23619,38lt =23,61938m3 D = 1m H = 1,5m Ktanah = 20cm/jam = 4,8m/hari Kh = 2,4m/hari te = 32,9075menit =0,548458jam 13 Krerata = 2,742857Kv = 4,8Ah = 0,785mKh = 2,4Av = 4,71mAtotal = 5,495Vrsp = 0,344432mVstorasi = 23,27494mHtotal = 29,64961m Hrencana = 1,5m n = 19,76641Bh Dengan menggunakan Rumus Perhitungan Sumur Resapan pada Bidang Jalan Paving sebagai berikut Ctadah = 0,85Atadah = 255mR = 50mm/hari Vab = 9266,063lt = 9,266063mD = 1m H = 1,5m Ktanah = 20cm/jam = 4,8 m/hari m3/m2/hari Kh = 2,4m/hari te = 32,9075 menit 0,548458jam Krerata = 2,742857Kv = 4,8Ah = 0,785mKh = 2,4 14 Av = 4,71mAtotal = 5,495Vrsp = 0,344432mVstorasi = 8,921631mHtotal = 11,36513m Hrencana = 1,5m n = 7,576756bh Pembahasan Volume yang bisa ditampung oleh sumur resapan pada areal rumah seluas 650 m2 , koefisien limpasan permukaan runoff coefficient dengan C= tinggi curah hujan untuk wilayah Jawa dengan R=50 mm/hari. adalah Vab=23,62 m3. Volume air hujan yang meresap ke dalam tanah Vrsp=0,34 m3. Volume penampung storasi air hujan Vstorasi=23,27 m3. Dengan demikian kebutuhan sumur resapan untuk menampung limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan terbuka oleh rumah dan carport sebanyak 19,77 buah sumur resapan, dalam praktek dibuat 20 unit. Dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m atau 3 buah buis beton untuk setiap sumur resapan. Letak sumur resapan dalam penempatan di lokasi setiap unit kaveling diletakkan berada di open space bagian belakang rumah dan satunya lagi diletakkan di ruang terbuka taman depan rumah. Sedangkan sebagai pengganti lahan yang tertutup oleh paving block seluas 255 m2, koefisien limpasan permukaan runoff coefficient dengan C= tinggi curah hujan untuk wilayah Jawa dengan R=50 mm/hari, volume yang bisa ditampung oleh sumur resapan Vab=9,27 m3. Volume air hujan yang meresap ke dalam tanah Vrsp=0,34 m3. Volume penampung storasi air hujan Vstorasi=8,92 m3. Dengan demikian kebutuhan sumur resapan untuk menampung limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan terbuka oleh paving block sebanyak 7,58 buah sumur resapan, dalam praktek dibuat 8 unit. Dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m atau 3 buah buis beton untuk setiap sumur resapan. Letak sumur resapan dalam penempatannya diletakkan disetiap 15 perbatasan unit kaveling satu dengan lainnya berada dibawah saluran drainase jalan. Plotting dalam gambar perencanaan area permukiman dengan lausan lebih kurang 1500 m2 dengan luas bangunan rumah dan lahan kaveling tertutup carport sebesar 650 m2 sedangkan untuk perkerasan jalanpaving block 255 m2, sisanya 595 m2 berupa open space dan taman lingkungan sebagai berikut GAMBAR DENAH SITE PLAN KLASTER PURI KLASEMAN KLATEN 16 GAMBAR KONDISI EKSISTING LAHAN PURI KLASEMAN KLATEN 17 GAMBAR PEMBUATAN SUMUR RESAPAN KLASTER PURI KLASEMAN 18 GAMBAR KONDISI KLASTER PURI KLASEMAN SETELAH SELESAI BAB VI RENCANA TAHAP BERIKUTNYA Penelitian dosen pemula ini merupakan penelitian satu tahun sehingga penelitian selesai dilakukan pada tahun ini pula. Namun penelitian tentang PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN AIR HUJAN DALAM PERUMAHAN SEBAGAI UPAYA KONSERVASI AIR TANAH Upaya Mempertahankan Air Tanah Akibat Dampak Pembangunan Perumahan Puri Klaseman Klaten masih perlu dilanjutkan untuk cakupan yang lebih luas lagi, yakni untuk areal yang meliputi wilayah perkotaan dimana perkembangan pembangunan perumahan dan industri semakin pesat. 19 Dalam cakupan tingkat administrasi Kabupaten Klaten perlu dilakukan kajian dan penelitian lebih lanjut, mengingat dari waktu ke waktu daerah Klaten bagian Selatan meliputi Kecamatan Gantiwarno, Wedi, Bayat, Cawas, Pedan dan Karangdowo merupakan daerah potensi terjadi banjir yang mana daerah tersebut merupakan daerah rendah wilayah Klaten pertemuan daerah tinggi bagian Selatan yakni Kabupaten Wonosari Yogyakarta dan bagian Utara wilayah Klaten dataran Tinggi Gunung Merapi. Penelitian lanjutan nanti mencakup wilayah se Kabupaten Klaten dengan rencana hasil rekomendasi untuk membuat bangunan tangkapan air agar bisa mengurangi aliran air permukaan yang menuju ke wilayah tersebut di atas. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jumlah sumur resapan yang dibangun pada kaveling sebagai penampung limpasan air hujan dari semua atap bangunan rumah dan carport sebanyak 20 unit yang diletakkan pada masingmasing unit kaveling setiap satu unit kaveling dibangun 2 unit sumur resapan yang mana satu unit diletakkan dibagian belakang ruang terbuka kaveling dan satu unit diletakkan di bagian depan ruang terbuka rumah taman dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m. Jumlah sumur resapan yang dibangun pada sepanjang saluran drainase sebagai penampung limpasan air hujan dari jalan paving block sebanyak 8 unit yang diletakkan di perbatasan antar unit kaveling berada di bawah saluran drainase dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m. Saran Perlu diadakan penelitian lebih detail lagi untuk menentukan nilai permeabilitas tanah setempat agar akurasi data lebih baik, untuk menghitung volume air yang meresap ke dalam tanah. Mengingat karakteristik dari tanah di lingkungan Kabupaten Klaten bervariasi mulai dari tanah yang berpasir, lempung sampai bebatuan. Perlu data curah hujan pada stasiun terdekat dari wilayah penelitian untuk mendapatkan nilai tinggi hujan harian rerata yang mendekati nilai sebenarnya. 20 Penggunaan hasil penelitian bisa diimplementasikan untuk cakupan yang lebih luas lagi yakni untuk wilayah Kabupaten Klaten. Konversi pembuatan sumur resapan secara komunal bisa dialokasikan pada lahan terbuka hijau atau fasilitas umum baik yang berada di lingkungan perumahan maupun lingkungan terbuka lainnya milik pemerintah. Sehingga pembuatan sumur resapan bisa menggantikan cadangan resapan air tanah pada lahan/area yang tertutup oleh bangunan dan sarana lainnya. Demikian juga pada area industri perlu adanya kontrol pengendalian terhadap pembuatan sumur resapan atau area cekungan untuk menampung air limpasan permukaan sebagai pengganti muka tanah terbuka yang dipakai sebagai bangunan industri. 21 DAFTAR PUSTAKA Bradja M. Das., 1993, Mekanika tanah Prinsip-prinsip, rekayasa geoteknik, jilid 1, penerbit Erlangga Jakarta; BSN, 2002, SNI 0324532002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Eka, A.,I., dan Ig. L. Setyawan P., 2013, Rancangan Sumur Resapan air hujan sebagai salah satu usaha konservasi air tanah di perumahan Dayu Baru Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Moh. Masduki Hardjosuprapto, Ir, 1999, Drainase perkotaan; Nopandi V., P., dan Ivan I., 2014, Penerapan Sumur Resapan pada Perencanaan Drainase Wilayah di Kecamatan Tarutung Studi Kasus Kawasan Permukiman Kelurahan Hutatoruan VII. Sunjoto, 2007, Peningkatan Tampungan Air Tanah Akibat Infiltrasi di Saluran, Pros. Lokakarya Nasional Rekayasa Penanggulanagan Dampak Pengambilan Air Tanah, Dept. ESDM. PLG, Jakarta 6 September 2007. Sujono, 2005, Laporan Penelitian Survei Drainase Lingkungan Kampus, Yogyakarta Ai RustiniSulwan PermanaKabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang berada di Provinsi Jawa Barat yang beriklim tropis basah, hal ini menyebabkan curah hujannya cukup tinggi sehingga terdapat beberapa lokasi yang sering mengalami luapan air yang tinggi atau biasa disebut banjir. Pembangunan embung merupakan langkah yang bisa diambil dalam penanganan banjir yang terjadi di salah satu daerah di Garut yaitu Jl. Bratayudha. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan tipe embung yang cocok dengan tempat perencanaan serta menetukan kapasitas tampungan embung tersebut dengan menggunakan metode perhitungan analisis hidrologi yang meliputi hujan rencana dengan menggunakan Distribusi Normal, Log Normal 2 dan 3 parameter, Gumbel tipe I dan Log Pearson tipe III. Volume embung ditentukan dengan luasan genangan embung berdasarkan elevasi data kontur pada peta topografi. Tahap terakhir adalah menentukan material konstruksi. Hasil perencanaan Embung Bratayudha mempunyai luas 6480 m² dengan volume maksimum m³ dan elevasi maksimum 40,4 + m. Untuk tubuh embung direncanakan berupa dinding turap batu kali yang dilapisi oleh bahan kedap air dan dikombinasikan dengan beton bertulang. Embung Bratayudha ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pengairan lahan pertanian warga. Selain itu, letak embung yang berada pada level muka tanah yang tinggi dan pemandangan alam yang elok, diharapkan dapat menjadi obyek pariwisata baru di Kabupaten FirmansyahSulwan PermanaIndonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan kemajuan peningkatan insfrastuktur serta pembangunan-pembangunan yang terus terjadi. Hal ini mengakibatkan indonesia khususnya Kabupaten Garut sangat rawan terjadi banjir serta kelebihan limpasan air hujan dikarenakan lahan resapan air yang sudah berkurang akibat pembangunan yang terus menerus dilakukan. Oleh karena itu diperlukan suatu rekayasa untuk mencegah banjir tersebut salah satunya yaitu membuat sumur resapan atau yang sering disebut dengan drainase vertikal. Lokasi penelitian ini diambil pada wilayah sekitar Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. Dengan mengambil curah hujan dari 3 pos hujan yaitu stasiun hujan Kecamatan Tarogong Kidul, Kecamatan Garut Kota serta Kecamatan Samarang. Sedangkan untuk perencanaan sumur resapan ini mengacu pada SNI 8456 2017 dan SNI 03 -2453-2002. Perencanan sumur resapan ini memiliki beberapa tahap antara lain seperti menghitung curah hujan menggunakan Metode Mononobe, Perhitungan Infiltrasi, Analisis Curah Hujan Efektif, Analisis Andil Banjir serta Menentukan Kebutuhan Sumur Resapan yang digunakan pada wilayah Kecamatan Tarogong Kidul tersebut dengan ukuran dimensi sumur resapan yang diperhitungkan. Penggunaan Sumur Resapan ini dapat mecegah terjadinya banjir atau limpasan air yang berlebih dan bisa diterapkan untuk 6 sampai 9 tahun yang akan datang. Dengan debit andil banjir sebesar 251472 m3/jam dan luas dingding sumur 9,42m2, luas alas sumur 0, tanah Prinsip-prinsip, rekayasa geoteknik, jilid 1M BradjaDasBradja M. Das. 1993. Mekanika tanah Prinsip-prinsip, rekayasa geoteknik, jilid 1. Jakarta Penerbit 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan PekaranganNasional Badan StandardisasiBadan Standardisasi Nasional. 2002. SNI 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Sumur Resapan pada Perencanaan Drainase Wilayah di Kecamatan Tarutung Studi Kasus Kawasan Permukiman Kelurahan Hutatoruan VIIV NopandiP Dan IvanNopandi V., P., dan Ivan I. 2014. Penerapan Sumur Resapan pada Perencanaan Drainase Wilayah di Kecamatan Tarutung Studi Kasus Kawasan Permukiman Kelurahan Hutatoruan VII.Peningkatan Tampungan Air Tanah Akibat Infiltrasi di Saluran, Pros. Lokakarya Nasional Rekayasa Penanggulanagan Dampak Pengambilan Air TanahSunjotoSunjoto. 2007. Peningkatan Tampungan Air Tanah Akibat Infiltrasi di Saluran, Pros. Lokakarya Nasional Rekayasa Penanggulanagan Dampak Pengambilan Air Tanah, Dept. ESDM. PLG, Jakarta 6 September Penelitian Survei Drainase Lingkungan KampusSujonoSujono. 2005. Laporan Penelitian Survei Drainase Lingkungan Kampus, Sumur Resapan air hujan sebagai salah satu usaha konservasi air tanah di perumahan Dayu Baru Kabupaten Sleman Daerah Istimewa YogyakartaA EkaI L Dan IgP SetyawanEka, A.,I., dan Ig. L. Setyawan P. 2013. Rancangan Sumur Resapan air hujan sebagai salah satu usaha konservasi air tanah di perumahan Dayu Baru Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
Abstract Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat yang tidak seimbang dengan ketersediaan tanah menyebabkan pemerintah mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembangunan. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melakukan alih fungsi tanah. Alih fungsi tanah terjadi juga pada tanah resapan air. Pelaksanaan alih fungsi tanah resapan air dapat berjalan lancar apabila sesuai dengan peraturan yang ada dan memperhatikan kemampuan tanah. Apabila tidak sesuai maka mengakibatkan dampak negatif yaitu banjir di wilayah dataran yang lebih rendah. Namun alih fungsi di Mijen dilihat dari penatagunaan tanah yaitu aspek daya dukung tanahnya kurang sesuai, mengingat tanah yang digunakan dahulunya berfungsi sebagai tanah resapan air. Namun apabila pembangunan pemukiman adalah upaya pengembangan wilayah kota yang telah ditetapkan oleh Perda RTRW Kota Semarang, maka pelaksanaan pembangunan pemukiman menyesuaikan dengan perda tersebut. Dampak positif terjadinya alih fungsi tanah tersebut yaitu berkembang pesatnya perekonomian di wilayah Kecamatan Mijen sedangkan dampak negatifnya berkurangnya lahan resapan air yang menyebabkan banjir di wilayah Semarang bagian bawah. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk menanggulangi terjadinya alih fungsi tanah dengan dibuatnya UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, PP No 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah, Perda No 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031. Kesimpulan dari penelitian alih fungsi tanah resapan air menjadi kawasan pemukiman di Mijen sebagai upaya pengembangan wilayah kota, tetapi juga harus memperhatikan kemampuan tanah guna meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan terhadap kawasan di bawahnya.
pengalihan lahan resapan air menjadi perumahan akan mengakibatkan